Bertemu dalam Karya (Catatan Safar Jogja, 2018, 3)


Cerianya kami. Foto : Mali Abrar/UMY



"JANJI" bertemu dalam karya itu kami tepati.

Sabtu (27/01) pagi-pagi sekali, kami ; Saya, Afik dan Isyani sudah bersiap. Ya, hari itu, seperti rencana, saya dan Afik akan "merayakan" pertemuan kami dengan mengisi kelas literasi di sekolah Isyani.


Behind the Scene 

Rencana Pertemuan ;

Setiap saya ke Jogja, Isyani memang minta waktu saya untuk datang ke sekolahnya, memberi materi literasi kepada murid-muridnya. April, 2017 lalu saya sudah sempat mengunjungi sekolahnya di tengah hutan jati, di Bantul sana. Mengajak anak-anak untuk semakin mencintai membaca dan semangat menulis.

Nah, begitu tahu, kalau saya akan ke Solo dan mampir ke Jogja, Isyani minta saya datang lagi ke sekolahnya. Saya menyanggupi. Tapi, saya tak datang sendiri. 

Saya teringat sahabat baik saya, Afik Rahman, yang kebetulan menyiapkan karya terbarunya. Sebuah buku kumpulan cerpen yang sebelumnya, draftnya sempat dia kirimkan pada saya.

Di kepala saya jadi banyak ide. Kenapa tidak mengajak dia mengisi kelas literasi, sekaligus launching bukunya di Jogja?

Begitu ide itu tercetus, saya sampaikan dan dia menyanggupi. Dalam waktu yang nyaris tak berjarak setelah kami membuat kesepakatan, tiba-tiba saya dihubungi kawan baik saya, Stebby Julionatan, untuk memberi materi literasi di sebuah sekolah di Kota Probolinggo.

Seperti kebetulan yang (bukan) kebetulan. Saya boleh membicarakan buku Pulau Kekasih, karya Afik yang waktu itu sedang dalam proses cetak.


Jadilah, buku itu saya kenalkan semacam Pre-Launching di Probolinggo. Afik memang tidak datang. Saya bicara sendiri. Jadwal kami bertemu, dan tempat sesuai kesepakatan yang semuanya mengalir, adalah JOGJA.


Baca juga ; Tentang Pulau Kekasih

Pasca Pre- Launching itu saya mulai bekerja untuk memantapkan rencana pertemuan kami. Sejumlah koordinasi saya lakukan dengan beberapa pihak di Jogja. Saya ingin pertemuan ini tak hanya sekedar bertemu, berbincang perjalanan sembilan tahun ke mana saja dan ngopi-ngopi belaka.

Harus ada Sesuatu. Sesuatu itu KARYA.

Puji Tuhan, semuanya seperti dibukakan jalan. Tak hanya sekolah Isyani saja yang mau memberikan ruangnya untuk kami. Tapi sekaligus ada empat sekolah yang membuka pintunya untuk kami singgahi. Ini juga berkat peran baik Isyani yang penuh semangat untuk mengenalkan kecintaan dunia literasi pada anak-anak didiknya. 


---

Jadwal acara sudah saya diskusikan dengan Afik dan Isyani. Pertemuan kami dalam karya akan dilakukan di tempat Isyani mengajar. Sebuah sekolah yang damai di tengah hutan jati, SD Banyuripan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul.



Merayakan pertemuan di sekolah ini. Dok. Pri


Sebelum pukul 07.00 WIB, kami bertiga sudah meluncur ke sekolah. Melintasi perkampungan, persawahan, dan hutan kecil, sampailah di tujuan. Sejumlah siswa berdiri di depan pagar. Ada beberapa wajah yang saya kenal. Karena, kami sempat bertemu, di kelas literasi, tahun lalu. Beberapa siswa, memanggil nama saya, menghampiri kami dan bersalaman.




Meluncur pagi-pagi ke sekolah. Dok. Pri


Dalam hati, saya bersyukur, anak-anak masih mengingat saya. Ingatan mereka tentang orang baru, akan bertambah lagi, selain saya. Doa-doa mereka ini yang membawa saya bisa hadir lagi. Menyapa sekolahan yang lebih cantik daripada sebelumnya, ketika saya datang kali pertama, April, tahun lalu.

Warna hijau di semua dinding terasa teduh. Warna favorit saya. Katanya, surga juga berwarna hijau. Iya, sekolah (mestinya) adalah surga kedua di dunia bagi anak-anak setelah rumah mereka, tentunya.

Bersama sejumlah anak, kami berfoto bersama di depan kelas. Mumpung masih pagi. Sekalian tes kamera. He-he-he.


Mumpung masih pagi, tes kamera dulu. Dok. Pri


Lalu menemui Kepala Sekolah, Bpk. Juwanta, M.Pd yang dengan ramah dan terbuka menerima kehadiran kami berdua.


Bertemu Kepala SD Banyuripan. Foto : Isyani BP



Baru kami menuju kelas yang sudah riuh oleh anak-anak kelas 3-5. Setelah pengantar dari Kepala Sekolah, dan dipandu salah satu guru, Ibu Heni Dwi Lestari, saya memberi materi pertama. Mengajak anak-anak untuk makin rajin membaca dan mau menulis. Tema yang saya usung adalah "Menulis itu Menyenangkan, Membaca itu Mengasyikkan dan Berani Tampil itu Membanggakan."






Mengenalkan betapa menyenangkannya dunia literasi. Foto : Isyani BP



Mengaplikasikan literasi dalam banyak hal, selain membaca dan menulis. Seperti berani berkomunikasi di depan publik dan jujur dalam semua hal termasuk berkarya.

Anak-anak merespon dengan baik. Sungguh-sungguh membuat saya bersemangat. Satu dua anak mau berdiri tampil, diikuti siswa yang lain. Kelas yang benar-benar hidup.



Satu persatu berani tampil. Foto : Isyani BP



Antri baca karya yang ditulis saat sesi latihan menulis. Foto : Isyani BP


Selama kurang lebih satu jam saya bersama anak-anak berbagi hal-hal menyenangkan lagi baik tentang literasi. Tidak lupa saya sisipkan pesan agar anak-anak terbiasa untuk jujur dalam segala hal. 

Mengapa?

Sebab, sejatinya dalam literasi, kita dilatih untuk terbiasa menyampaikan segala hal yang baik, bersikap jujur dan kritis, tidak takut, apalagi malu selama yang kita sampaikan adalah kebenaran dan kebaikan.

Saya perlu menyampaikan ini sekaligus sebagai otokritik, bahwa selama ini dalam dunia pendidikan, di dalam institusi sebuah sekolah, anak-anak didekap oleh rasa ketakutan, takut bersuara, takut menyampaikan idenya yang akhirnya membuat siswa menjadi tidak percaya diri dan menjadi pribadi pemalu yang tidak seharusnya.

Pendidik, sejatinya adalah pemandu bakat, mentor yang mulia bagi anak-anak didiknya. Menemani mereka menemukan passion-nya.

Di akhir materi saya, anak-anak menuliskan perasaannya hari itu. Sungguh, dari kalimat yang terbaca, isinya adalah kejujuran dan kepolosan anak-anak. Saya sangat mengapresiasi. Menyimpan surat-surat itu sebagai oleh-oleh saat pulang. 


Sesi berikutnya, saatnya Afik Rahman tampil membawakan sebuah kisah indah "Cinta yang Tak Tergantikan." Cerita ini sekaligus semacam soft launch untuk karya dia yang berikutnya pasca Pulau Kekasih. 



Anak-anak siap mendengar dongeng dari Kakak Afik Rahman. Foto : Mali  Abrar /UMY


Anak-anak menyimak dengan serius kisah Sarah dan keluarganya yang penuh kasih. Beberapa anak-anak yang duduk di belakang, sempat tertangkap mata saya sedang menahan airmata. Barangkali, mereka ingat Ibunya.

Afik membawakan kisahnya dengan tenang. Membuat anak-anak yang mendengarkan ceritanya ikut larut.


Kakak Afik berkisah tentang Sarah. Foto : Mali Abrar/UMY



Sarah ingin memeluk Mama. Foto : Mali Abrar/UMY


Setelah dongeng usai dibawakan, berikutnya, tampilan sejumlah siswa yang membawakan puisi-puisi indah karya mereka. Ada sajak indah tentang beragam cita-cita. Diksi yang digunakan anak-anak cukup apik. Puisi-puisinya menginspirasi.

Pentas selanjutnya, adalah membaca nukilan dalam buku "Pulau Kekasih." Salah satu siswi membacakan satu paragraf dalam kisah Terlelap dalam Kerinduan, disusul ibu gurunya, Isyani juga ikut membaca cuplikan dalam cerita Pulau Kekasih.



Kami semua ingin disentuh oleh tangan yang selalu penuh dengan kasih seperti tanganmu. Foto : Mali Abrar/UMY


Untuk memungkasi pentas kecil itu, secara bergantian, kami, termasuk saya dan Afik membaca paragraf terakhir dalam chapter Pulau Kekasih.

"Kalian bisa tinggal di rumah ini selamanya. Waktu yang ada di tempat ini adalah cinta. Napas yang ada di tempat ini adalah cinta. Mata yang ada di tempat ini adalah cinta. Telinga yang ada di tempat ini adalah cinta. Mulut yang ada di tempat ini adalah cinta. Kaki yang yang ada di tempat ini adalah cinta. Tangan yang ada di tempat ini adalah cinta." (Pulau Kekasih ; 44).



Estafet membaca Pulau Kekasih. Foto : Mali Abrar/UMY


Puncak acara di akhir pekan tersebut adalah Peluncuran Kumpulan Cerpen Pulau Kekasih. Ditandai dengan penandatanganan sampul buku Pulau Kekasih oleh Afik Rahman dan Kepala SD Banyuripan, Bapak  Juwanta, M.Pd. Disusul penandatanganan buku kumcer dan penyerahan buku oleh Afik Rahman kepada Bapak Juwanta, M.Pd.

Cover signing. Foto : Yeti K



Book signing. Foto : Yeti K


Pulau Kekasih resmi diluncurkan, pukul 09.45 WIB, Sabtu (27/01). Foto : Mali Abrar/UMY

Selain itu juga penandatanganan MOU dalam bidang literasi antara komunitas literasi yang saya kelola bersama suami, Pustaka Mini (Pusmini) dengan SD Banyuripan, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Maknanya, secara berkala, saya akan memberikan pendampingan literasi baik untuk guru dan siswa.

Bismillah. MOU literasi saya sepakati. Foto : Isyani BP


Bagi saya, ini merupakan "perayaan pertemuan" kami yang sebenarnya setelah sembilan tahun tidak berjumpa. Selain hanya berkomunikasi melalui surel dan akun facebook, yang kebetulan Afik lebih sering offline dan baru aktif menjelang beberapa bulan terakhir. Dia menyapa saya lagi.

Pastinya, saya berbahagia bisa bertemu dan melihat sahabat baik saya memerkenalkan karyanya pada publik. Tentu, saya terharu menjadi saksi peristiwa menyenangkan ini. Tidak menyangka kami bisa berjumpa lagi. Setelah seperti saling hilang dalam durasi waktu yang boleh dibilang tidak singkat. 

Saya meyakini, tentulah karena  takdirNya yang paling baik untuk kami melalui semesta yang memudahkan dan memungkinkan pertemuan serta semua rencana baik terjadi. Saya sangat mensyukurinya.

Acara di pagi itu diakhiri dengan apresiasi sekolah kepada kami dengan memberikan piagam yang menjadi tanda kami pernah hadir di sini.



Terima kasih Pak.... Foto : Mali Abrar/UMY

 
Semoga bisa bersua lagi. Foto : Mali Abrar/UMY

Sabtu pagi yang cerah, indah dan membahagiakan. Saya melihat mata anak-anak berbinar-binar. Bagaimana tidak, hari itu mereka bebas tidak belajar sesuai jadwal mata pelajaran. Tetapi, mengikuti kelas literasi, senang-senang menulis, mendengar cerita indah dan tak perlu takut untuk menyampaikan semua perasaannya. 

Saya tahu, sahabat saya, Afik juga senang. Semoga momen ini tidak akan pernah terlupakan olehnya. Ini menjadi semacam hadiah dari saya untuk persahabatan kami.

Kehadiran kami di sekolah tersebut, tanpa tendensi apa pun. Selain ingin membersamai anak-anak belajar. 

Pada hari itu, utusan Biro Humas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), kampus di mana kami pernah mencecap bangku kuliah datang dan ikut mengabadikan momen keceriaan kami.

Sejatinya, kami tidak melakukan apa-apa. Sebab, di luar sana, masih banyak orang yang mau mendedikasikan waktunya untuk literasi dengan sungguh-sungguh. Di tempat lain, masih banyak pula yang berkarya dengan jauh lebih baik dan lebih indah.

Kami tak ada apa-apanya. kami baru belajar dan semoga diberi banyak waktu untuk terus menimba pengetahuan.



Terima kasih Anak-anak tersayang di SD Banyuripan, Bangunjiwo, Bantul, Jogjakarta, kalianlah matahari itu, yang kelak akan menjadi lentera negeri ini.

Terima kasih kebaikan dan pintu terbuka Bapak/Ibu Pendidik di SD Banyuripan, Bangunjiwo, Bantul, Jogjakarta untuk sudah menerima kami dengan sepenuh hati.

Terima kasih khusus untuk bantuan dan kerja cerdas Isyanie Budi Purwanta, S.IP yang memungkinkan semua ini terjadi. Semoga segala kebaikan kembali menjadi hal yang lebih baik untukmu beserta keluarga.


Terima kasih sepenuh hati saya dedikasikan untuk Kekasih hati, Tri Lestiyono, S.Pd yang dengan segala pengertian dan kebesaran hatinya mendukung semua apa pun yang saya kerjakan. Kecintaan saya pada literasi diberikan ruang untuk terus bertumbuh. Rasa cinta saya pada perjalanan diberikan waktu yang demikian lapang. Jikalau bukan rasa cinta, kasih  dan percayanya yang sungguh-sungguh, semua ini tak akan mungkin.


Terima kasih untuk Keluarga kami tercinta di Kendal (Jawa Tengah), Tabanan (Bali), Pandaan, Jogjakarta dan seluruh sahabat baik yang mendukung kami baik dalam semangat mau pun doa. 


Perjalanan berikut masih berlanjut, akan saya tulis pada catatan berikutnya.

Bersambung...


Kebersamaan kami yang indah. Foto : Mali Abrar/UMY




"Merayakan pertemuan". Sahabat Baik.  Penulis dan manajer.  Foto : Isyani BP.


























Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia

Kulineran Ikan Dorang