Posts

Showing posts from February, 2018

"Piknik " di Ruang Baca

Image
Bercumbu dengan buku. Dok. Pri AKHIR pekan ini sudah saya niatkan tidak ke mana-mana. Tanggal tua. Hemat tenaga. Karena minggu berikutnya, jadwal saya lumayan padat. Urusan mengajar, kunjungan dan pelatihan, seputar itulah. Maka, seusai belanja dan menyiapkan logistik tadi pagi, saya berdiam di ruang baca. Buka youtube stel musik, mengecek laman media sosial dan membaca beberapa halaman buku. Leyeh-leyeh di ruang baca, sendiri. Dua orang laki-laki di rumah hijau sedang ada urusan masing-masing. Papa saya pergi menghadiri reuni kawan-kawan lamanya, sedangkan hubby kerja bakti di masjid dekat rumah.  Tukang yang lagi renovasi juga libur. Rumah terasa tenang.  --- Saya memandangi tumpukan buku yang belum sempat saya rapikan dan tidak akan pernah rapi, selama saya masih  suka membaca dan hubby masih menggunakannya sebagai referensi. He-he-he. Akhirnya terbersit ide untuk "bersih-bersih." Iya, sudah lama saya tidak menyentuh buku-buku di ruang bac

Tuhan Maha Mengabulkan

Image
Banjir Kraton luapan Sungai Welang, Kamis (22/02). Foto. Kang Ube/Jawa Pos Radar Bromo Sebaik-baik rencana manusia, rencana Tuhan segala-galanya. Rencana yang sudah tersusun di kepala, bangun sebelum Subuh, belanja cepat, masak kilat lalu siap-siap supaya bisa bareng hubby jam 6.30 ke sekolah. Saya akan turun di halte untuk melanjutkan perjalanan naik bis ke Probolinggo. Perkiraan saya jam 7 saya sudah naik bis, dan jam 9 sudah mendarat di tujuan.  Faktanya, meski jam 7 saya sudah ngebus dari Bangil, sampai jam 9 saya masih terdampar di atas bus sebelum masuk Kota Pasuruan. Begitu yang saya alami ketika melakukan perjalanan ke Probolinggo untuk memandu acara diskusi buku, Kamis pagi (22/02). BANJIR. Ketika bis berjalan merambat karena antrian kendaraan mengular, saya masih berfikir, banjir di kawasan langganan air meluap tersebut tidak akan membuat laju kendaraan berhenti. Macet biasa. Ternyata oh ternyata.... "Banjirnya setinggi dada, baka

Me Time dengan Mandi Teh

Image
Sekotak teh, belum dirapikan. Dok. Pri SUDAH sejak beberapa waktu lalu, ketika ingin menikmati waktu sendiri sambil mengurai isi kepala dan rasa penat, saya mandi teh. Setelah sebelum-sebelumnya saya hobi meracik teh, akhirnya punya ide juga untuk mandi dengan rebusan air teh. Saya melakukannya tanpa motif apa-apa sih. Pokoknya pingin saja.  Saya buka kotak isi teh, ambil beberapa jumput daun teh kering dari beberapa merek, lalu saya masukkan ke dalam panci berisi air, kemudian rebus sampai mendidih. Tanpa gula ya... Saya malah suka menaburi dengan sedikit garam. Supaya terasa sensasi mandi di hotel pakai garam mandi.  He-he-he. Mandi dengan air garam, menurut referensi yang saya baca, bisa menghilangkan pegal-pegal. Sesekali, saya sertakan juga beberapa daun sirih merah dalam hitungan ganjil. Ini untuk menetralisir toksin dan mengurangi alergi di kulit. Eksperimen. Begitu yang saya lakukan. Setelah air mendidih, saya pindahkan ke ember karena gak ada bath

"Chaos" di Rumah Hijau

Image
Harmoni. Foto : Ambil di Google. GENAP dua pekan sudah terjadi " Chaos " di rumah kami. Rumah bercat hijau dengan dua pintu utama itu sementara tidak lagi membuat kami, terutama saya yang lebih banyak waktu menghabiskan hari di rumah, merasa nyaman. Apa pasal? Iya, rumah hijau kami direstorasi. Semuanya serba dadakan. Tidak ada dalam agenda di kepala kami sebelum-sebelumnya. Rumah tua, rumah perjuangan Papa dan Mama yang sudah saya dan suami huni hampir empat tahun ini dipugar pada bagian depan dan sejumlah ruang. Sebagai kepala proyeknya, tentu, siapa lagi kalau bukan Papa saya yang datang dari Bali sekitar 16 hari lalu. Tadinya, saya dan suami pikir, Papa datang untuk melepas rindu pada salah satu anaknya ini. Selain, memang setiap beberapa bulan sekali, Papa saya secara bergantian dengan Mama pulang ke Jawa untuk bersilaturahmi dengan saudara-saudaranya. Iya betul! Papa saya memang sempat hadir ke reuni keluarga besar Mama saya. Kemudi

Ini Hari Kasih Sayang

Image
Ambil di net. INI hari kasih sayang. 14 Februari. Hanya simbolik belaka. Sebab, bagi saya saban hari adalah hari kasih sayang. Di tengah kepala yang berat untuk sekedar tegak, saya bersyukur hari ini mendapat kelimpahan kasih sayang. Suami meminta saya istirahat saja tidak usah banyak aktivitas setelah melihat tubuh saya tak seperti biasanya. Saya yang biasanya rajin bangun pagi, setelah berdoa, lalu meramaikan rumah dengan musik-musik teduh tak lagi setrengginas biasanya. "Kalau begitu, minta tolong beli sayur sama lauk matengan ya, aku gak bisa masak," pinta saya pada suami. Dia mengiyakan lalu pergi mandi. Saya sempat agak kesal, karena suami lama sekali mandinya. Sementara, saya khawatir sayur dan lauk siap santap yang dijual tetangga sudah habis. Usai mandi dan ganti seragam, suami keluar. Sementara saya menyapa ruang baca. Niat hati ingin menyalakan notebook dan menulis sambil stel musik. Tapi entah saya tak berminat untuk berlama-lam

Bertemu dalam Karya (Catatan Safar Jogja, 2018, 3)

Image
Cerianya kami. Foto : Mali Abrar/UMY "JANJI" bertemu dalam karya itu kami tepati. Sabtu (27/01) pagi-pagi sekali, kami ; Saya, Afik dan Isyani sudah bersiap. Ya, hari itu, seperti rencana, saya dan Afik akan "merayakan" pertemuan kami dengan mengisi kelas literasi di sekolah Isyani. Behind the Scene   Rencana Pertemuan ; Setiap saya ke Jogja, Isyani memang minta waktu saya untuk datang ke sekolahnya, memberi materi literasi kepada murid-muridnya. April, 2017 lalu saya sudah sempat mengunjungi sekolahnya di tengah hutan jati, di Bantul sana. Mengajak anak-anak untuk semakin mencintai membaca dan semangat menulis. Nah, begitu tahu, kalau saya akan ke Solo dan mampir ke Jogja, Isyani minta saya datang lagi ke sekolahnya. Saya menyanggupi. Tapi, saya tak datang sendiri.  Saya teringat sahabat baik saya, Afik Rahman, yang kebetulan menyiapkan karya terbarunya. Sebuah buku kumpulan cerpen yang sebelumnya, draftnya sempat dia kirimkan pada say