Masih tentang Pulau Kekasih

Reportase Bincang Buku "Pulau Kekasih" di Jawa Pos Radar Bromo, Minggu, 7 Januari 2018. Dok Pri



Literasi satu halaman bersama Komunitas Menulis, Harian Jawa Pos Radar Bromo, Minggu 7 Januari 2018




Membincangkan Pulau Kekasih. Pre launch kumcer Pulau Kekasih. Dimuat di harian Jawa Pos Radar Bromo, Minggu (7 Januari 2018). Dok. Pri



SETELAH lama vakum dari aktivitas komunitas dan lebih banyak beredar sendiri untuk kegiatan literasi, dua malam lalu, Jumat (5/1), tiba-tiba sebuah pesan masuk, meminta kesediaan saya untuk berbagi literasi di even Meet Up Luar Biasa Komunlis, Sabtu (6/1) di SMP N 4 Probolinggo.

Baiklah, permintaan itu saya iyakan tanpa banyak pertimbangan. Karena saya dikasih kebebasan berbicara apa saja, maka saya ancang-ancang untuk menceritakan aktivitas literasi yang saya tekuni sekaligus membincangkan buku yang akan segera dirilis oleh cerpenis, novelis, penyair sekaligus sahabat baik saya Afik Rahman.


Bersama para pegiat literasi di Kota Probolinggi. Foto : Tri Lestiyono


---

Hari H, Sabtu (6/Januari), tiba di SMPN 4 Probolinggo, rupanya peserta sudah siap menunggu kehadiran saya di taman baca yang dinaungi sebuah tenda.
Saya agak gugup juga, karena begitu tiba, oleh Stebby Julionatan, saya diminta duduk di depan. Pembicara kedua yang dijadwalkan mengisi sesi setelah saya, lebih memilih duduk di kursi tamu.
Baiklah. Saya sendiri di depan. Membuka laptop untuk membuka folder yang menyimpan cover buku "Pulau Kekasih" dan catatan yang sedang saya kerjakan dan belum selesai. Sempat mencari-cari kertas yang berisi garis besar yang akan saya sampaikan, ternyata ketlisut juga. Entah di mana.
Beruntung, sebelum sesi saya, ada tampilan puisi Kak Gemini Juniwaty, salah satu sahabat baik, seorang ASN di Kota Probolinggo yang mencintai sastra. Membaca setangkai puisi dari salah satu judul dalam buku puisi Stebby, yang berjudul "Kota Tuhan."
Saya punya waktu sekian menit untuk melipir ke belakang tenda, menyapa satu dua orang kawan yang lama kami tidak jumpa karena kesibukan-kesibukan yang seperti belum menemukan jeda.
Menahan haru ketika melihat penampilan Kak Yoen, begitu kami para sahabatnya memanggil namanya.
Entah kenapa, puisi yang dibacakan Kak Yoen siang itu terasa begitu sentimentil. Mungkin perasaan saya saja. Tapi mata saya sempat menangkap, sejumlah siswa ada yang menunduk sambil ekor matanya menangis.

Usai tampilan Kak Yoen, giliran saya bicara. Berbicara di depan kelas dan forum memang sudah biasa. Tapi, tidak sebegitunya juga tanpa persiapan.
Saya menyapa dan memerkenalkan diri. Lalu mulai bercerita aktivitas-aktivitas literasi yang saya tekuni, dan pengalaman menyenangkan selama bersetia di jalan ini.
Kemudian, saya mengenalkan, ah jualan tepatnya, buku kumcer sederhana "Pulau Kekasih" yang ditulis Afik kepada yang hadir.
Saya bacakan beberapa nukilan intepretasi saya hasil pembacaan buku setebal 88 halaman tersebut. Entah kenapa, siang itu saya merasa "sendiri" dan seperti ada yang kurang.
Ya, seharusnya Afik, sahabat saya yang penulis buku "Pulau Kekasih" itu ada bersama saya. Tapi, dia tidak ada. Karena memang, jadwal kami berjumpa, baru pada dua pekan lagi di Jogjakarta. Dan tidak mungkin mendatangkan dia dari kota di dekat Semarang, Jawa Tengah sana secara dadakan. Kecuali barangkali dia bisa naik pesawat UFO. 
Sembilan tahun kami tidak berjumpa, dan kembali dipertemukan melalui dunia maya, lalu bersepakat untuk "merayakan" pertemuan kami di Jogjakarta, akhir Januari nanti dengan karya.
Membicarakan karya seseorang dan orangnya tentunya, tanpa ada yang bersangkutan, rasanya seperti "ngrasani."
Tapi, apa boleh buat? Saya tidak punya pilihan.

Sempat saya sampaikan pula bahwa buku sederhana ini perlu dibaca, agar rasa empati, kasih sayang dan cinta sebagai anugrah fitrah dari SangMaha selalu hadir pada setiap waktu. Disamping tidak lupa pesan sponsor, untuk membeli bukunya, tentu saja. Karena, meski tanpa kontrak kerjasama resmi, saya dan Afik terlibat kerjasama profesional. Saya menjadi manajernya. He-he-he. Ya, supaya tidak hanya artis-artis saja, yang menggunakan manajer. Penulis pun butuh manajer profesional untuk mengurus hal-hal yang berkaitan dengan buku dan agenda Book Tour. Dan tidak harus menunggu menjadi penulis seperti J.K Rowling dulu untuk bisa memiliki manajer. (Ngomong-ngomong, ada yang tahu, J.K. Rowling punya manajer, tidak ya?)
Pada kesempatan itu, saya berjanji akan menghadirkan Afik datang langsung menyapa warga SMPN 4 Probolinggo, sekaligus "Book Tour dan Kelas Giat Literasi "di sekolah-sekolah pelosok, yang menjadi proyek kecil kami berdua untuk pengabdian literasi di tempat yang kami kunjungi dalam rangkaian promo bukunya.




Diambil dari akun FB Afik Manna.
---

Seperti biasanya agar tak hanya saya saja yang berbicara, saya memantik peserta untuk juga berbicara. Dua orang mengacungkan tangan, menyampaikan salam dan memerkenalkan namanya lalu mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan sederhana tapi seperti membawa saya "pulang" pada masa kecil saya.
"Sejak kapan Kakak mulai menulis?"

aya teringat, memulai suka menulis sejak kelas 3 SD, diawali dengan menulis surat untuk sahabat-sahabat pena yang namanya saya temukan di halaman rubrik sahabat pena pada majalah anak-anak.

Lalu, saya mulai memberanikan diri menulis untuk dikirim ke Harian Jawa Pos. Saat itu, harian tersebut membuka rubrik kirim surat untuk Presiden Amerika, George Bush dan Presiden Iraq, Saddam Hussain saat pecah Perang Teluk di tahun 1990-an.

Saya menulis surat di atas kertas folio bergaris, dan setelah beberapa kali adegan menyobek kertas karena tulisan tangan menurut saya kurang bagus, barulah pada tulisan kesekian saya percaya diri untuk mengirimnya.
Itu merupakan peristiwa monumental bagi saya saat duduk di kelas IV SD. Menulis surat yang isinya meminta Presiden adidaya agar menghentikan perang. Karena saya tidak suka kekerasan. Saya pergi ke kantor pos sendiri mengirimkan surat tersebut, seraya berharap surat saya dimuat agar George Bush dan Saddam Husain membacanya.
Nasib surat itu memang tidak dimuat. Karena setiap hari saya mengikuti koran tersebut dan hingga rubrik berakhir tak ada nama saya di koran.
Tapi dari situlah, saya makin yakin bahwa menulis itu menyenangkan. Berikutnya, saya makin rajin menulis dan kirim ke media. Mulai surat pembaca, puisi, profil dan sebagainya. Saya sudah punya portofolio karya di media sejak kelas VI SD. Berlanjut hingga SMU, cerpen pertama saya dimuat di salah satu koran pelajar di Surabaya.
Saat kuliah, saya vakum menulis untuk media, karena di kampus, saya punya wadah untuk menyalurkan kesukaan saya.

Kalau dihitung, saya sudah bersetia menulis selama 29 tahun. Selama perjalanan itu, bagi saya adalah hal-hal menyenangkan yang saya temui dan membawa pada keajaiban-keajaiban pada hidup.
Saya meyakini, setiap tulisan yang baik adalah doa. Sebagaimana doa baik, tak ada yang tidak didengar olehNya. Maka hanya tinggal menunggu waktu, KunNya kehendak atas hidup kita.
--


PERDANA. Dalam rangkaian "Book Tour" Buku Kumcer "Pulau Kekasih", karya cerpenis, penyair dan novelis, sahabat baik saya, Afik Rahman Afik Manna, saya hadir sebagai narasumber dalam kegiatan literasi besutan Komunitas Menulis (Komunlis), Sabtu (5/Januari) di SMPN 4, Kota Probolinggo.

Selain berbicara kesibukan saya di dunia literasi, saya juga memerkenalkan sekaligus promosi buku "Pulau Kekasih", mewakili penulis yang saat ini masih "semedi".

Setelah Kelas Giat Literasi, Book Tour dan Book Signing pertama "Pulau Kekasih" di Jogjakarta (27-30/Januari 2018), Afik Rahman dijadwalkan akan hadir dalam kegiatan literasi yang dihelat Komunlis bekerjasama dengan sejumlah lembaga pendidikan di Probolinggo dalam, bincang buku "Pulau Kekasih" di Toko Buku Togamas, dan SMPN 4 Probolinggo dan kelas giat literasi di sekolah-sekolah terpencil di Probolinggo pada Maret, 2018.
Mohon doa restunya. Semua rencana baik sesuai dengan rencanaNya.
Terimakasih Komunlis dan segenap keluarga besar SMPN 4 Probolinggo atas kesempatan indah nan menyenangkan yang diberikan baik kepada saya pribadi, mau pun Afik Rahman. Serta Harian Radar Bromo (Jawa Pos Grup) untuk peliputan di halaman Society hari Minggu, (6/Januari). Tidak lupa terimakasih banyak untuk support dari Toko Buku Togamas, Probolinggo dan DnC19 Probolinggo. Semoga sinergi baik ini akan terus terjalin apik.

Salam baik dan salam literasi,


Bersama sahabat cilik literasi. Foto : Tri Lestiyono




--

Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Kulineran Ikan Dorang

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia