Posts

Showing posts from January, 2018

Menerima Bahagia dengan Sederhana

Image
Membaca, untuk mengisi isi kepala dan memenuhi dada dengan syukur.  Foto : Ade BW SELALU ada cara untuk mencintai semua kehidupan yang kita jalani. Meski, tahun ini saya tak membuat resolusi seperti tahun-tahun sebelumnya, tapi bukan berarti saya tidak memiliki cita-cita sederhana. He-he-he. Maka, sejak awal tahun lalu, saya niatkan untuk selalu membuka hari dengan hal sederhana tetapi membuat dada selalu penuh oleh syukur, cinta dan kerinduan yang ini akan menjadi semacam spirit untuk berkarya sepanjang hari. Bagaimana caranya? Setiap pagi, saya usahakan membuka jendela ruang baca, meski hanya 15-30 menit. Agar udara luar menerabas masuk. Kenapa sebentar? Karena saya tak mau debu-debu masuk ke dalam ruang baca. Maklum, rumah kami dikepung industri dan di depan rumah, meski jalan kampung, tapi selalu  riuh oleh motor dan kendaraan lain. Maka 15-30 menit menurut saya sudah cukup. Membuka jendela di ruang baca dan melihat gunung Penanggungan terpampang

Akhirnya, Punya Ikan Beneran

Image
Akuarium hijauku. Dok. Pri SETELAH sebelumnya hanya memasang lukisan ikan, akhirnya, cita-cita saya sejak kapan tahun terkabul juga. Punya akuarium bulat dengan ikan lucu, tentunya. Sederhana banget ya, cita-cita saya? He-he-he. Kata Sahabat baik saya, memelihara ikan dalam akuarium banyak manfaatnya. Apalagi kalau sehari-hari di depan laptop, menulis dan mikir. Butuh sesuatu untuk menetralisir supaya jiwa raga tetap tenang dan seimbang. Harmoni. Melihat ikan akan memberi nuansa berbeda Iya, bener juga! Jadi ingat, dulu sekali, saya suka membayangkan punya akuarium kecil yang ada lampunya, lalu ada suara gemericik air. Malam-malam, lampu kamar dimatikan, maka hanya melihat cahaya dari dalam akuarium dan ikan yang lagi kejar-kejaran seperti tidak ada capeknya. Sambil menunggu kantuk, membayangkan banyak hal yang bagus-bagus ; Jalan-jalan menjelajah semua sudut Tokyo, ngopi-ngopi cantik di Laos, bersantai di salah satu penginapan yang menghadap laut di Santorini, Yu

Relasi, Aset Berharga Kita

Image
Catatan ini sudah pernah saya unggah di official blog cristalindonesiamanajemen.multiply.com, dan saya posting ulang di catatan facebook pada 10 Januari 2012. Sohib jaman kuliah, bisa jadi patner bisnis sekaligus partner in crime jalan-jalan. Relasi. Dok. Pri RELASI, sebuah istilah untuk menyebutkan teman, kolega, maupun rekanan bisnis. Kerap kita dengar sehari-hari dalam pergaulan. Meski secara makna, berarti suatu hubungan, namun, dalam perbincangan, jika disebutkan kata ”relasi” semua orang seolah mafhum, untuk memberikan arti sebagai ”koneksi”. Di era sebelum reformasi, ”koneksi” kerap diidentikkan dengan ”nepotisme”. Sebuah istilah yang sejujurnya sangat ”politis” dalam suatu hubungan. Terutama jika itu berkaitan dengan pejabat atau petinggi, pesohor maupun public figure yang memiliki jabatan strategis di negeri ini. Maka, ketika dalam ”pertemanan”, seseorang kerap berkata ” relasi saya.... ”, lawan bicara akan mengidentikkan relasi yang bersangkutan merupa

Perempuan yang Menunggu Senja

Image
Cerpen ini sudah pernah ditayangkan di Harian Radar Bromo, 20 Februari 2013. Z. Almira & Abimasanu* //Bintang AWAN jingga berpadu hijau mistis menggelayut di atas beranda rumahku. Sesekali angin menderu menggetarkan rumpun bambu kuning di sudut halaman mungilku. Aku sendiri menikmati senja melamun bayangan yang sesekali menyapa pada ingatanku. Beginilah ritusku setiap senja. Sendiri di beranda menikmati secangkir teh hangat dan sepiring kecil kue-kue basah yang kubeli dari toko kue langgananku. Jangan kau kira aku sendiri. Tidak. Aku tak pernah merasa sendiri. Aku juga tak merasa sunyi. Karena kau menemani. Setidaknya surat-surat bersampul merah muda yang kau kirimkan dari sebuah tempat jauh dari kotaku. Menjadi karib intim bagiku. Betapa membaca kerinduanmu kian menyuburkan debar aneh di dadaku. Aku masih ingat, ketika suatu senja kau datang menghampiriku. Tanganmu membawa setangkai mawar merah. Senyummu merekah. Engkau mengangsurkan bungamu dengan malu

Mendengar Orkestra Alam di Omah Padma

Image
Inspiratif. Ruang tamu Omah Padma. Dok. Pri KESIBUKAN acapkali membuat kita mengabaikan kebutuhan jiwa untuk mendapatkan haknya. Piknik. Seperti pernah saya tulis di catatan-catatan sebelumnya, kalau dulu, saya, atau bahkan teman-teman, kerap memaknai piknik dengan pergi ke obyek wisata terkenal yang sudah pasti jutaan umat mendatangi tempat tersebut untuk juga dengan kepentingan sama. Berwisata. Semakin alih-alih bertambah usia yang ternyata justru berkurang, saya lebih memilih untuk "menepi." Pergi ke tempat-tempat yang sunyi lagi tenang. Kebetulan, sebenarnya, sudah beberapa tahun lalu, saya tidak menyukai situasi hiruk pikuk dengan banyak orang berkumpul di satu tempat. ( Berada di situasi keramaian, membuat saya tidak bisa bicara, lalu badan seperti tak nyaman yang berujung pingsan. He-he-he. Itulah kenapa, ketika menikah pun, saya memilih untuk sederhana, hanya sekitar tak lebih dari 50 orang untuk memberi doa di walimatul ursy . Setelah itu, tak ada aca