Posts

Showing posts from December, 2017

Ransel Mbak Yeye Berterimakasih 2017

Image
Harmoni. Dok. Pri 2017 segera beranjak undur diri. Meninggalkan banyak jejak kenangan perjalanan sepanjang tahun. Pengalaman menyenangkan, peristiwa menyedihkan, rasa kehilangan, suka cita, hal-hal mengharukan, pertemuan demi pertemuan dan hadiah-hadiah kecil dari semesta. Tak ada yang lebih pantas dilangitkan selain rasa syukur yang mendalam. Sepenuh hati. Maha Daya sudah terlalu baik, memungkinkan segala ketidakmungkinan menjadi niscaya. Hamba yang masih fakir ilmu dan lemah iman ini rasanya malu. Jutaan nikmat yang DIA hadiahkan, sering terabaikan, bahkan tak "tertangkap" dan  "terbaca" oleh mata batin. Semoga ini jadi pelajaran berharga di masa datang. Terimakasih Terbaik untuk pasangan jiwa, sahabat perjalanan yang selalu punya cara untuk membuatku memiliki kebanggaan atas hidupku. Rasa percaya, kebebasan, bijaksana dan pengertianmu memahami jalanku yang terkadang kita kerap berbeda, adalah bentuk Cinta tertinggimu, untukku. Se

Sebuah Renungan tentang Berkeyakinan

Image
( Tulisan ini sudah pernah saya unggah di laman Facebook saya, Oktober 2016). Saya di seberang Klenteng Liong Hok Bio, Magelang. Dok. Pri BARU kemarin netizen heboh foto seorang laki-laki (kalau dilihat dari penampilannya) seorang muslim, tengah menolong dua orang suster yang motornya mengalami masalah. Terus terang, saya heran. Bukan kepada obyek dalam foto tersebut. Tapi justru memertanyakan kenapa foto tersebut dianggap istimewa? Bukankah itu lumrah terjadi orang saling menolong dalam kehidupan? Bukankah semestinya pemandangan tersebut biasa saja? Mengingat mayoritas penduduk tanah air ini adalah muslim. Jadi wajar kalau di banyak tempat akan ada pemandangan semacam itu. Apa karena orang-orang dalam foto tersebut (kebetulan) mengenakan simbol-simbol agama tertentu sehingga menimbulkan kekaguman netizen? Wallahu a'lam . Ojo gumunan . Begitu, nenek saya pernah berpesan. Jangan mudah terpukau, terkesima atau heran pada sesuatu.  Biasa saja. 35 tahun hidup

Romantisme Perkawinan Cerpen dan Lukisan

Image
(Artikel ini sudah dipublikasikan di Tribunnews, Sabtu (23/12) dan Harian Surya, Selasa (26/12) dengan judul "Romantisme Kalih"). Tulisan ini saya dedikasikan untuk  Bunda Wina Bojonegoro dan Pakde Yoes Wibowo, sebagai kegembiraan atas kelahiran "anak" karya keduanya.  Surya, Selasa (26/12) Foto : Courtesy of Surya Kalih. Dok Pri CERITA -cerita pendek dan puisi bisa dikawinkan dalam sebuah karya berwujud buku kumpulan cerpen dan lukisan yang manis dan otentik. Setidaknya itu yang dilakukan oleh pasangan suami istri penulis dan pelukis Wina Bojonegoro dan Yoes Wibowo. Akhir pekan lalu, Sabtu (16/12) di BG Junction Surabaya, keduanya meluncurkan buku bertajuk ”Kalih” pada perhelatan Festival Literasi Surabaya (FLS) 2017. Dihadiri puluhan pegiat literasi dari berbagai kota di Jawa Timur, peluncuran buku dibuka dengan tampilan penyair R Giryadi yang membacakan cerpen berjudul “Perang Dunia “yang termaktub dalam buku Kalih. Ruangan yang semul

Surabaya Butuh Lokalisasi

Image
Resensi buku ini sudah dipublikasikan di Harian Radar Mojokerto (Jawa Pos Grup), Minggu (24/12-2-17). Judul Buku                : Surabaya Butuh Lokalisasi Penulis                        : Noor Arief Kuswadi Cetakan                      : I-Oktober 2017 Halaman                     : xvi + 104 Penerbit                      : Padmedia ISBN                           : 978-602-72310-9-2 Foto sampul atas kebaikan Bunda Wina Bojonegoro & Noor Arief   Memaknai Peristiwa dari Kacamata Jurnalis Kriminal SAYA sempat terkecoh dengan buku ini. Semula saya pikir berisi liputan khusus investigatif nan panjang  mengenai keberadaan lokalisasi prostitusi di Surabaya yang sudah lama ditutup, dan tentu saja disertai alasan-alasan logis mengenai mengapa perlu untuk membuka lagi kawasan merah ini di kota buaya. Dugaan saya keliru. Buku ini ternyata berisi kumpulan 16 keping esai kriminal pengalaman penulisnya, Noor Arief Kuswadi yang wartawan kriminal Hari

Titik Nol, Perjalanan "Suwung"

Image
Bersama Memaknai Perjalanan. Dok. Pri (Catatan ini sudah pernah saya unggah di laman Facebook pribadi saya, pada 2013. Saya unggah ulang di blog ini dengan sedikit perbaikan). Minggu Pagi, berteman secangkir teh poci & martabak terang bulan rasa pisang susu, 06.30 WIB  Tulisan sederhana ini atas permintaan beberapa karib yang meminta saya menuliskan sekelumit pengalaman membaca buku "Titik Nol" ,  karya Agustinus Wibowo.  MEMBELI buku Titik Nol, sejujurnya tidak masuk dalam list belanja buku saya. Tapi karena ada bedah buku Titik Nol bersama sang penulis Agustinus Wibowo (Minggu, 7/4-2013) lalu, maka tak urung saya beli bukunya juga. Hitung-hitung ketika ikut bedah buku, saya "nyambung" dengan apa yang dibahas. Saya pikir, bukunya sejenis novel biasa tema cinta di perjalanan atau kumpulan cerpen. Karena memang saya tidak "mengikuti" jejak si penulis yang namanya pun juga tergolong baru dalam perbukuan. Ya, saya ingat, s

Aku dan Buku 2017

Image
Sebagian buku yang terbaca tuntas. Dok. pri TAHUN ini, tak banyak buku yang saya baca. Boleh dibilang, saya selektif dalam membaca. Mungkin karena faktor usia ya, di mana bukan saatnya lagi baca buku menye-menye. He-he-he. Aktivitas membaca terdistraksi dengan rasa malas, lalu acara pergi-pergi--sebagai bentuk lain dari "membaca".  Berikut sejumlah buku yang sempat saya khatamkan : 1. Sirah Nabawiyah, Perjalanan Hidup Rasul yang Agung, Muhammad. Syaikh Shafiyyurahman al-Mubarakfuri. Buku ini hadiah dari sahabat saya di Jogja, yang menjawab keingintahuan saya tentang pribadi Rasulullah. 2. Sastra yang Melintasi Batas dan Identitas,  Yusri Fajar. Buku yang berisi kumpulan esai yang membedah karya dari sejumlah penulis ini bisa menjadi semacam pencerahan untuk menyelami karya sastra dari sudut pandang yang berbeda. 3. Kepada Kamu yang Ditunggu Salju , Yusri Fajar. ( Sudah saya tulis ulasannya dan dimuat di Radar Mojokerto ). Baca juga : Kepada

Mencari Keadilan dan Kepastian Mereka yang Hilang

Image
Foto sampul buku diambil dari akun FB Leila S. Chudori Resensi ini sudah dipublikasikan Radar Mojokerto (Jawa Pos Grup), Minggu (3 Desember 2017). Foto atas kebaikan Pak Suyitno Ethex. KITA tentu belum lupa menjelang masa pemilihan presiden 1998-2003 di Indonesia diwarnai hilangnya puluhan aktivis mahasiswa. Sebagian di antara mereka ada yang dipulangkan, seperti Pius Lustrilanang, Aan Rusdiyanto, Haryanto Taslam dan Nezar Patria. Tetapi sebagian lainnya tak diketahui rimbanya hingga hari ini, seperti Wiji Thukul, Petrus Bima Anugrah, dan Yani Afri. Meski mereka yang bertanggungjawab dengan insiden penghilangan dan penculikan paksa tersebut sudah diadili dan menjalani hukuman. Peristiwa Pelanggaran HAM Berat Penghilangan Orang Secara Paksa periode 1997-1998 ini meninggalkan jejak misterius hingga kini. Sekaligus trauma luar biasa bagi aktivis yang selamat dan luka batin pada keluarga dan orang-orang dekat aktivis yang masih hilang. Ini yang menjadi latar novel

Kisah Si Pemberani dari Pasuruan

Image
Yuk Membaca! Dok.Pri PROLOG : MEMBACA, adalah upaya memecah kebuntuan isi kepala. Mengisi batin dengan menghikmati pemikiran dan pengalaman para tokoh dalam bacaan. Tidak selesai sampai di situ.  Efek dari membaca, harus bisa mengambil sari pati ilmu yang sudah dituliskan, menyebarkan ke banyak orang dan bersedia melakukan perubahan. Minimal untuk diri sendiri. Semalam, di tengah hujan deras sejak pagi dan keasyikan saya nonton tayangan makan-makan di youtube, suami  yang lagi tugas belajar di Jogja, tiba-tiba kirim pesan. Minta tolong, dicarikan buku di pusmini dan difotokan halaman sekian sekian. Dia butuh buat belajar persiapan ujian. Saya agak-agak kesal sih. Karena tempo hari, sebelum doi berangkat, saya sudah mengingatkan agar bawa buku-buku buat belajar. Karena pas saya lihat, doi justru sibuk nyiapin berkas-berkas yang bikin kepala saya kliyengan. Pesan cinta hubby. Bener kan kata saya! Doi butuh referensi. Dan tidak bawa buku. Jadilah, setel