Menulis di Media, Gimana Caranya?

MENULIS adalah salah satu cara agar diingat oleh dunia. Ketika suatu hari nanti, kita tak lagi hidup, setidaknya ada jejak kita yang masih dibaca oleh orang lain.



Menulis di Media. DokIvan Aulia

 Dok : Real Teguh
Minggu pagi yang cerah ceria,


PEKAN lalu, Minggu (6/8), untuk kali ketiga saya diundang Forum Lingkar Pena (FLP) Surabaya untuk berbagi materi Penulisan Media kepada pramuda FLP angkatan 2017. Ada sekitar 20 peserta yang hadir di gedung Jatim Information Technology Centre (JITC), Surabaya mulai pukul delapan pagi. Beberapa orang di antaranya sudah saya kenal sejak beberapa tahun lalu melalui komunitas literasi.  Senang, bisa bersilaturahmi kembali dengan teman-teman yang punya minat sama.

Berjumpa dengan para pegiat literasi itu semacam suntikan amunisi buat saya bahwa tidak sendirian di jalan literasi.  Membahagiakan lagi, ketika ada beberapa orang yang pernah ikut kelas media di tahun lalu, sudah merajai media. Nyaris tiap pekan tulisannya dimuat di berbagai media. (Ivan dan Teguh, sepertinya saya harus belajar lagi dari kalian). 

Setelah berkangen-kangenan dengan teman-teman lama, sesuai pesanan panitia, pagi itu saya membawakan materi menulis di media. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetapi, meski begitu, saya berusaha menyampaikan dengan informasi-informasi terbaru.


MENEMBUS MEDIA itu MUDAH


Saya bilang menembus media itu mudah. Sama mudahnya dengan menulis. Supaya teman-teman bersemangat untuk berani mengirimkan karyanya ke media. Tidak hanya dibaca dan disimpan sendiri. He-he-he.

Bisa tembus di media, apalagi media mainstream adalah hal menyenangkan.  Tentu saja, karena tulisan yang lolos di media sudah melalui proses panjang, baik ketika dikerjakan penulisnya sendiri dan ketika sampai di meja redaksi melalui proses seleksi ketat, sebelum akhirnya lolos untuk dimuat.

Akan menjadi kebanggaan pula ketika ada nama kita terpampang di media. Kemudian, apa yang kita tulis dibaca banyak orang, bisa memotivasi, menginspirasi dan syukur-syukur disimpan sebagai referensi.

Tulisan-tulisan yang dipublikasikan di media itu bisa menjadi portofolio berharga bagi kita. Suatu saat kita pasti membutuhkannya. Sebagai bukti karya nyata kita.

Tapi nyatanya, pertarungan di media memang lumayan sengit. Dibutuhkan kerja cerdas untuk bisa masuk di jajaran penulis media.

Nah, disitulah butuh ketrampilan menulis yang memadai, keuletan dan tidak patah semangat dalam menulis.

Softskill menulis bisa diperoleh dengan belajar secara otodidak. Banyak-banyak membaca buku, memahami kharakteristik media, berlatih menulis serta berani mengirimkan tulisan ke media.

Saya bagikan pula tips dan trik tipis-tipis supaya tulisan yang kita buat bisa tembus di media. Termasuk memahami aturan main yang ditetapkan media dan harus ditaati oleh penulis.

Pekerjaan menulis, menurut saya butuh energi tinggi. Kekuatan untuk bertahan menyelesaikan tulisan dan kemampuan untuk selalu memerbarui bacaan punya pengaruh dalam dunia menulis. Termasuk keberanian mengirimkan naskah dan bersaing dengan para penulis lain.

Banyak media menyediakan rubrik yang bisa dikirimi naskah oleh penulis. Seperti misalnya : Resensi, cerpen, opini, dsb. Kalau saya amati, nama-nama yang sering muncul di media ya itu-itu saja. Artinya, peluang untuk menembus media itu masih besar.

Berada di antara para pegiat literasi FLP Surabaya ini menyenangkan banget. Karena, bisa saling bertukar informasi dan berdiskusi dengan pramuda mengenai isu-isu di dunia kepenulisan. Saya pun memanfaatkan ini sebagai wahana untuk re-charge semangat dan ilmu baru dari pramuda FLP. 

O iya, di sesi tanya jawab, ada yang bertanya pada saya, apa yang saya lakukan ketika sedang tidak punya ide untuk melanjutkan tulisan?

Saya jawab dengan lantang, TIDUR. He-he-he. Menulis, meski terlihat santai ; Menghadap laptop, ditemani secangkir kopi dan kudapan plus musik, sebenarnya berat juga lo. He-he-he. Kepala mesti mikir, meramu dan meracik kata, diselingi membaca referensi itu melelahkan. Saat otak terasa mentok, ya beristirahat.

Jangan sepelekan istirahat, karena ini bisa membuat pikiran kita kembali segar dan siap bertarung lagi di depan laptop. Tak jarang, saat tidur, saya dapat inspirasi yang bisa untuk melanjutkan tulisan.

Bicara tentang menulis dan media itu tak ada sudahnya. Tapi lebih bijak jika kita segera memulai menulis. Hari ini juga!


Terimakasih teman-teman FLP Surabaya, khususnya Mba Retno, Agustha, Ihdina, Teguh, dan Ivan dkk untuk sudah memberi saya kesempatan hadir lagi di kelas media FLP.  Selamat menulis dan menyerbu media untuk pramuda FLP angkatan 2017. Semoga sebentar lagi saya membaca nama kalian di media cetak.


Menulislah, dan mari kita catat sejarah kita sendiri!

Terimakasih FLP chapter Surabaya. Dok : Pribadi










Comments

Popular posts from this blog

Ke Bali Naik Kereta Api

Kulineran Ikan Dorang

Bekerja dengan Cinta, Bekerja dengan Bahagia